TEMPO.CO, Jakarta - Alvin Lie, pengamat penerbangan menyatakan Helikopter jenis MI-17 adalah salah satu pesawat Rusia yang dikenal cukup handal. Pesawat ini dilengkapi teknologi mesin tinggi untuk menahan segala bentuk cuaca di atas udara. Oleh karenanya, Alvin cukup heran pesawat jenis yang sama milik TNI AD jatuh di Desa Apau Ping, Kecamatan Bahau Ulu, Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur, Sabtu, 9 November 2013.
"Tidak ada catatan bahwa heli sejenis itu jatuh di negara-negara yang memilikinya," ujar Alvin saat dihubungi melalui telepon selulernya, Ahad, 10 November 2013. Apalagi, kata Alvin, pesawat tersebut tergolong baru berumur jagung. TNI dikabarkan membelinya sekitar tiga tahun lalu.
Helikopter ini dikabarkan membawa 12 warga sipil yang sebagian besar dari Desa Apau Ping dan kru pesawat, serta tujuh orang anggota militer. Warga sipil ini untuk dipekerjakan membangun pos pengamanan perbatasan RI-Malaysia di Desa Apau Ping. Heli juga dikabarkan mengangkut 1.800 kilogram logistik untuk keperluan pembangunan pos.
Helikopter berangkat dari Tarakan, Kalimantan Utara, Sabtu sekitar pukul 09.45 WITA. Saat menuju ke perbatasan Malaysia, Heli kehilangan kontak dengan pihak bandara sekitar pukul 11.30 WIT. Pesawat capung itu dikabarkan jatuh dan terperosok ke dalam jurang. Sekitar 13 orang meninggal. Dugan sementara heli itu jatuh akibat hempasan angin kencang.
Menurut Alvin, bila melihat kondisi medan tempat MI-17 jatuh yang berbukit curam dan dipenuhi hutan, ada dua hal yang bisa mengakibatkannya. Pertama adalah faktor cuaca berupa rotor atau angin berputar yang biasanya menerpa wilayah pegunungan. Bila helikopter terkena rotor tersebut, kata dia, kondisinya tidak akan stabil.
"Angin berputar ini bisa menekan heli ke bawah tanah sehingga sulit naik ke atas udara," ujar dia.
Kemudian kedua, kata Alvin, bila sistem perawatan pesawat tersebut tidak dilakukan secara disiplin. Misalnya, kata dia, perawatan secara berkala maupun kualifikasi para ahli yang ditunjuk merawat heli tersebut. "Kalau disiplin tidak akan ada masalah," ujar dia.
Alvin menyatakan tak melihat ada kemungkinan kesalahan manusia (human error) dalam kecelakaan pesawat tersebut. Alasannya, helikopter itu telah melakukan penerbangan dan singgah di beberapa tempat secara baik tanpa ada masalah sebelum kecelakaan.
TRI SUHARMAN






0 komentar:
Posting Komentar